Kacang Kulit Lima Ribu

 "This isn't about you want to eat peanuts, but this is about how you respect their effort to survive with halal way!"




Siang itu udara begitu panas saat aku mendorong kendaraanku keluar menuju jalan raya. Motor Mio Sporty Tipe Jari-jari langsung saja ku nyalakan tanpa menunggu waktu lama. Hari itu aku hendak mengambil gaji bulananku yang ditransfer melalui rekening bank di sebuah ATM di pusat Kota Gorontalo. Kebutuhan harianku yang mulai menipis membuatku bersemangat ingin segera berbelanja saja.
Motorku melaju dengan kecepatan sedang sambil sesekali menyalip kendaraan yang berjalan lambat. Aku bukanlah tipe cowok yang suka ugal-ugalan apalagi ngebut-ngebutan tidak jelas. I love my body and never thought to break it! Aku hidup teratur & cenderung kaku terhadap aturan. Termasuk dalam hal pengeluaran uang sebisa mungkin menyisakan sebagian gaji untuk ditabung. Karena aku yakin tabungan akan sangat berguna di masa depan.

Perjalananku siang itu lancar-lancar aman-aman saja hingga aku melewati seorang wanita paruh baya tengah berjalan sambil menenteng tas anyaman besar ditangannya. Melihat teriknya cuaca saat itu, tidak mungkin aku mau melakukan perjalanan kaki seperti itu. Tetapi Si wanita tanpa keraguan mengayunkan langkahnya, mampir dari rumah satu ke rumah lain menawarkan dagangannya. Dari penampilannya segera bisa ku tebak dia adalah penjaja kacang keliling.


Ada rasa iba & ingin membeli panganannya itu tetapi komitmen untuk berhemat membuatku tetap menarik gas melanjutkan perjalanan. Setelah beberapa meter berlalu entah kenapa pikiranku masih tetap teringat si wanita penjual kacang tadi. Seperti ada bisikkan bahwa aku telah melewatkan sebuah kesempatan. Aku teringat pula si Ibu Penjaja kacang rebus yang suka mampir di rumahku. Dia datang tidak terlalu sering bisa dua atau tiga bulan sekali. Tetapi aku sangat jarang membelinya. Alasannya simple saja "aku belum suka makan kacang, aku sudah beli kacang kemasan di Supermarket, mending uangnya buat beli yang lain yang lebih kubutuhkan, biasalah berhemat!" & Si ibu penjual biasanya mengobrol singkat dengan ibuku sebelum akhirnya pamit melanjutkan perjalanan.

Tiba-tiba aku seperti tersadar bahwa mereka bukanlah sekedar menjual kacang, mereka lebih kepada mempertahankan izzah atau harga diri mereka dalam mempertahankan hidup. Berapa kilo kacang yang bisa mereka bawa dengan tubuh rapuh seperti itu? Berapa rupiah yang bisa mereka kumpulkan dari sejumlah kacang itu? Mereka harus melakukannya dengan berjalan kaki, tak perduli cuaca panas ataupun hujan, setimpalkah dengan uang yang mereka dapatkan? Gajiku sebagai karyawan swasta memang tidak seberapa tetapi dengan itu aku masih bisa melunasi kreditan motorku, masih bisa memenuhi kebutuhan hidup & aku mendapatkannya tanpa harus melakukan perjalanan kaki di bawah terik matahari seperti itu.
Kenapa tidak bisa ku bagi sedikit saja rezekiku kepada orang-orang seperti ibu-ibu penjual ini? Melihat kondisi mereka, seharusnya aku tetap membantu mereka sekalipun mereka datang untuk meminta. Tetapi ibu-ibu ini tahu betul akan pentingnya harga diri, pentingnya perintah agama untuk bekerja, mendapatkan rezeki yang halal. Sehingga walaupun pekerjaan itu terlihat berat toh tetap mereka lakoni.

Ya... seharusnya aku lebih menghargai & menghormati itu. Menghargai kerja keras, ibadah pekerjaan mereka & pantang meminta-minta itu. Mereka ibarat malaikat yang bertamu mengetuk pintu hati kita yang paling dalam dengan berkedok menjual kacang tetapi pada hakikatnya mereka ingin mengambil rezeki mereka yang Allah titipkan kepada kita. Selama ini aku memang buta, selama ini aku memang childish, tetapi hari ini aku tidak mau dibutakan lagi. Sudah saatnya kedewasaan menuntunku menguak misteri kehidupan. Bahwa melihat sesuatu hal bukan dari apa yang nampak, bukan dari kulitnya, tetapi melihat dari sudut pandang yang berbeda. Ibrah yang terkandung dari setiap peristiwa adalah dasar dalam pengambilan keputusan. Itulah pola pikir kedewasaan yang pada akhirnya membawa pada kebijaksanaan.

Dengan perasaan haru, ku putar lagi motorku kembali ke arah jalan yang kulewati tadi. Bagaikan mencari anak yang hilang aku menoleh ke setiap rumah berharap menemukan si ibu penjual kacang. Tuhan yang Maha Baik ternyata tidak mempersusah jalanku. Kulihat si ibu beranjak keluar dari sebuah rumah yang penghuninya belum tertarik membeli kacangnya.

"Bu, jualan kacang rebus ya?" Tanyaku sedikit mengeraskan suara karena mesin motorku yang masih menyala.
"Bukan mas, ini kacang kulit." Jawab si ibu sedikit tersenyum. Ah senyum itu tetap segar walau matahari tengah melayukan bunga-bunga.

Tenggorokanku yang kering seperti tidak tertarik dengan kacang kulit yang kering itu. Tapi..
This isn't about you want to eat peanuts, but this is about how you respect their effort to survive with halal way!
Itu yang ku yakinkan sekali lagi di hatiku.

"Ok bu, saya beli lima ribu saja ya, kirain tadi kacang rebus, boleh ya?"


Si ibu mengangguk & langsung menyeduk takarannya. Ku matikan mesin motor lalu menghampirinya.

Setelah kubayar, si ibu mengucapkan terimakasih & langsung meneruskan perjalanan. Aku berharap sumbangsih yang tak seberapa ini bisa memperkuat kembali kakinya melangkah. Bahwa rezeki Allah selalu ada untuk orang-orang yang sabar dalam berusaha. Aku berdoa semoga jualannya senantiasa laku terjual karena aku sadar mungkin ada anak-anaknya yang menunggu sesuap nasi. Anak-anak yang penuh semangat bersekolah untuk mewujudkan mimpi-mimpinya.



"Terima kasih juga bu." Jawabku dengan senyum kebahagiaan. "Terima kasih pula atas pelajaran yang kau tunjukkan hari ini." batinku


Ku lanjutkan perjalananku saat itu dengan perasaan lega. Aku mewujudkan keinginananku berbelanja kebutuhan harian. Kacang yang kubeli kusimpan dulu di bagasi motor untuk ku makan bersama keluarga.

Tetapi Subhanallah, kacang seharga lima ribu itu menjadi makanan paling enak begitu tibanya di rumah. Semua anggota keluarga yang mencicipi, memuji akan nikmatnya kacang kulit itu. Mereka bercerita ketika membeli kacang kulit dulu kadang rasanya tawar saja. Aku tersenyum saja & bertanya-tanya dalam hati apa ini ada hubungannya dengan gejolak spiritual yang kualami tadi? Akhirnya Hatiku menjadi tambah tenteram, kacang 5.000 membawa kehangatan & gelak tawa di tengah keluargaku.
& aku berjanji pada diriku sendiri akan selalu membeli bila Si ibu penjual kacang rebus datang mampir lagi kerumahku.

***

Komentar

  1. qt bangeeeeeeetttt................ ^^

    BalasHapus
  2. Subhanallah Yah... :)

    http://she-fha.blogspot.com/2011/08/superstar-super-hap-thailand-movie-2008.html

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Hotter Potter Reading Event 2013] Telaah Buku Empat Harry Potter and The Goblet of Fire

[Hotter Potter Reading Event 2013] Telaah Buku Satu Harry Potter and The Sorcerer's Stone

[Meme & Giveaway April 2013] Kitab Mantra Standar Karya Miranda Goshawk